Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ikhwan dan agan-agan sekalian, pada postingan kali ini saya akan berbagi sebuah usaha dengan modal NYARIS Rp. 0,-
Apa..... ? Nol rupiah
.... ??? ....??
Coba simak kisah berikut ini :
Sebutlah seorang bernama AR, waktu itu masih kuliah di salah satu kampus
negeri di Makassar dan tinggal di kos-kosan. Sebuah kejadian membuatnya
berpikir untuk mencari penghasilan sendiri. Dipilihlah usaha percetakan. AR
berpikir bagaimana memulai usaha sedangkan modalnya NOL rupiah untuk usaha
tersebut.
Pada suatu waktu teman-teman di kampus ingin membuat baju kaos
persatuan. Nah ini peluang bagi AR untuk memulai usahanya. Akhirnya dia
menawarkan diri untuk mengurus order baju tersebut ke percetakan. Di percetakan
si AR tindak meminta keuntungan materi tapi dia hanya minta agar dilibatkan dalam
proses pencetakan baju tersebut untuk mempelajari proses pencetakannya.
Akhirnya dari kesepakatan tersebut AR sudah memiliki modal keterampilan (proses mencetak) ditambah dengan
informasi pendukung antara lain nama dan alamat toko tempat
membeli bahan dan alat-alat percetakan, alamat toko kertas dan toko penjual baju kaos.
Selang beberapa waktu kemudian ada keluarga yang akan mengadakan
hajatan pernikahan, AR menawarkan diri untuk mencetak undangan hajatan
tersebut. Nah .... karena peristiwa ini sudah lama (sekitar tahun 1998) dan
harga-harga saat itu sudah lupa, maka berikut ini disajikan kalkulasi dan biaya percetakan undangan sebagai order pertama AR sesuai dengan kisaran harga
saat ini (2013)
Jumlah orderan undangan 1.000 lembar dengan harga undangan Rp. 1.000/lembar.
= Rp. 1.000.000
- Harga kertas Rp.
400.000
- Biaya desain dan layout Rp.
15.000
Biaya pembelian alat dan bahan cetak (baru) :
- Screen Rp.
55.000
- Rakel Rp.
75.000
- Okasol Rp.
15.000
- M3 Rp.
8.000
- Tinta Rp.
25.000
- Bubuk pembersih screen Rp.
11.000
- Lem putih Rp.
15.000
- Pisau cutter Rp.
5.000
- Isolasi bening Rp.
7.000
Total biaya yang dibutuhkan KURANG LEBIH Rp. 631.000 berarti masih ada sisa
keuntungan Rp. 369.000,- (luar biasa kan ..... baru pertama sudah untung)
Selain keuntungan berupa materi tersebut, keuntungan lain
adalah alat yang dibeli bisa dipakai berulang-ulang dalam jangka waktu lama tergantung
perawatan. Dan bahan sisa seperti Tinta, M3, dan Okasol masih bisa dipakai 10 – 15
kali cetak.
Jadi untuk beberapa orderan berikutnya biaya yang
dikeluarkan hanya untuk biaya harga kertas dan desain layout saja. Semua harga ini bisa dicek di toko alat percetakan.
Untuk meja cetak saat itu AR meminjam milik seorang ustadz
Imam Mesjid.
Bagi agan-agan yang tidak punya teman Ustadz yang ada meja
cetaknya, jangan khawatir karena untuk sementara bisa dibikin sendiri MEJA
DARURAT dengan biaya kurang lebih 50 ribu rupiah.
Meja sederhana buatan AR
Yang dibeli paling cuma klem penjepit seharga Rp. 15.000 /
biji. dan kaca ketebalan 5 mm.
Karena orderan pertamanya berjalan sukses, mulailah AR menawarkan teman-teman kampus untuk membuat kartu nama, piagam, sablon kaos dan lain-lain. teman-teman di kos-kosan juga ada yang mengorder undangan untuk keluarganya.
Usaha percetakan ini dijalankan AR meskipun ia masih kuliah karena proses mencetak bisa dilakukan pada sore dan malam hari, teman-teman di kos-kosan sering ikut bantu-bantu. Biasanya kalau selesai cuman ditraktir kopi dan martabak atau gorengan (itupun cuma sekali-kali).
Nah .... itulah kisah singkat AR
memulai usaha Percetakannya dengan modal nyaris Rp. 0,- .
Bagi Agan-Agan yang ingin memulai
usaha seperti AR, atau ada yang punya pengalaman lain silahkan tinggalkan jejak komentar.
Pada kesempatan lain, saya akan posting bagaimana menjalankan usaha percetakan dengan modal Rp. 0,- (PART 2)
Wassalam.